Minggu, 05 Juni 2011

Laut Menghangat, Populasi Ikan Terancam Turun
Ilmuwan Australia mengungkapkan bahwa peningkatan suhu air laut di belahan bumi bagian Selatan telah berdampak buruk bagi kehidupan ikan yang ada di sana.Laporan yang diterbitkan pada jurnal...
Selengkapnya...

Ilmuwan Temukan Spesies 'Kecoa Pelompat'
Ilmuwan Mike Picker menemukan seekor spesies baru kecoa, 'Kecoa Pelompat' di tengah-tengah tempat tujuan wisata favorit di Afrika Selatan.Table Mountain National Park di Cape Town, Afrika ...
Selengkapnya...

Satu Abad Lagi Permukaan Air Laut Naik 1 Meter
Laporan terbaru dari Australia menyebutkan bahwa permukaan air laut akan mengalami kenaikkan hingga satu meter selama satu abad ke depan akibat pemanasan global. ...
Selengkapnya...

 

Sabtu, 04 Juni 2011

PEPAYA (Carica papaya L.)
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diamb
Pohon Jati
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.
   


Suku Amazon Ini Tak Mengenal Konsep Waktu

okezone.com
RONDONIA - Sekelompok ilmuwan menghabiskan waktu bersama sebuah suku di pedalaman Brasil, di mana semua orang tidak memiliki usia dan tidak mengenal kata-kata 'bulan' ataupun 'tahun'.

Mereka adalah suku Amondawa yang tinggal di wilayah terpencil sekitar Hutan Amazon di Rondonia. Profesor Chris Sinha dari University of Portsmouth mengklaim inilah kali pertama ilmuwan bisa membuktikan bahwa 'waktu' bukanlah konsep universal bagi manusia, seperti yang diperkirakan sebelumnya.

"Untuk orang-orang Amondawa, waktu tidak hadir dalam cara yang sama seperti kebanyakan orang," ujar Sinha seperti dikutip Daily Mail, Sabtu (21/5/2011).

"Kini kita bisa mengatakan masih ada setidaknya satu bahasa dan budaya yang belum memiliki konsep waktu sebagai sesuatu yang bisa diukur, dihitung atau dibicarakan secara abstrak," lanjutnya.

"Tapi bukan berarti suku Amondawa adalah orang-orang yang terasing dari waktu. Hanya saja mereka lebih mengenal 'kejadian', bukannnya melihat kejadian itu sebagai sesuatu yang terkait dengan waktu," tambah Sinha lagi.

Tim peneliti, termasuk ahli bahasa Wany Sampaio dan antropolog Vera da Silva Sinha, menghabiskan delapan pekan bersama suku Amondawa untuk mencari tahu bagaimana mereka menggambarkan konsep waktu seperti 'pekan depan' atau 'tahun lalu'.

Mereka pun menemukan bahwa suku Amondawa tidak memiliki konsep seperti itu. Orang-orang Amondawa hanya mengenal konsep siang dan malam atau musim hujan dan musim kering.

Selain itu, tim peneliti pun menemukan bahwa anggota komunitas Amondawa tidak memiliki usia. Untuk menggambarkan lama kehidupan yang telah mereka jalani, suku Amondawa akan mengubah nama mereka. Contohnya, seorang anak akan memberikan namanya kepada saudara mereka yang baru lahir untuk kemudian mencari nama baru.

Suku Amondawa pertama kali bersentuhan dengan 'dunia luar' pada 1986 lalu. Namun orang-orang Amondawa sebenarnya bukan komunitas yang benar-benar tertutup terhadap peradaban modern. Terbukti, meski terus menjalani hidup sederhana dengan berburu, memancing dan bertani, mereka juga sudah mengenal listrik dan televisi.

Bukan hanya itu, suku Amondawa kini juga sudah mengadopsi bahasa Portugis dan mulai jarang menggunakan bahasa tradisional mereka.

Orang Berbudaya Cenderung Lebih Bahagia

Okezone.com
PARIS - Orang yang sering pergi ke museum, pertunjukan seni atau berkesenian cenderung lebih menikmati hidup, tidak peduli seberapa kaya atau tingginya pendidikan mereka, ungkap sebuah penelitian terbaru.

Akan tetapi studi yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology and Community Health ini menunjukkan kalau hubungan antara berkebudayaan dengan perasaan senang tidak sama untuk kedua jenis kelamin. Demikian seperti yang dikutip dari AFP, Rabu (25/5/2011).

Untuk pria, aktivitas seperti menonton konser atau datang ke eksibisi di musium berhubungan dengan mood baik dan kesehatan yang lebih baik. Akan tetapi untuk wanita justru kebalikannya, mereka berkesenian justru ketika sedang merasa depresi atau kurang baik.

Penelitian yang dipimpin oleh Koenraad Cuypers dari Norwegian University of Science and Technology, menganalisis informasi dari 50.797 orang dewasa yang tinggal di Nord-Trondelag County, Norwegia. Para partisipan diberikan pertanyaan mengenai kebiasaan waktu senggang mereka dan kesehatan serta tingkat kepuasan hidup mereka.

Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pria cenderung lebih menikmati ketika menjadi penonton, sementara wanita lebih suka menjadi pelaku seni ketimbang penikmat seni.

"Melalui penelitian ini, kita tahu bahwa berkesenian berpengaruh terhadap tingkat kesehatan dan mood," pungkas studi tersebut.

Musang adalah 'Kawan' Manusia yang Pertama?

 
okezone.com
TORONTO - Sebuah penemuan terbaru oleh para antropolog Kanada menyatakan bahwa musang mungkin adalah sahabat manusia paling awal.

Edward Banning dari University of Toronto dan asistennya melaporkan penemuan dari apa yang mereka percayai sebagai kuburan tertua di kawasan Timur Tengah, yakni di sebuah situs di utara Jordania. Demikian seperti yang dikutip dari The Canadian Press, Jumat (4/2/2011).

Mereka mengatakan bahwa kuburan tersebut berisi manusia yang dikubur bersandingan dengan seekor musang merah, mengindikasikan bahwa binatang tersebut mungkin dipelihara oleh manusia, jauh sebelum anjing.

Banning menemukan kuburan berusia 16.500 tahun tersebut pada tahun 2000 ketika melakukan ekspedisi bersama dengan Lisa Maher, seorang asisten profesor antropologi di institut U of T di University of Cambridge.

Banning mengatakan bahwa penggalian terbaru di situs tersebut menemukan 11 jenazah, yang mana kebanyakan dari mereka dikubur bersama dengan alat-alat yang terbuat dari batu, hewan, dan benda-benda lainnya.

Setidaknya ada dua makam yang berisi kerangka dari musang merah, membuat para peneliti mengambil kesimpulan kalau musang bisa saja dipelihara layaknya anjing di masa lalu.

"Yang kita temukan adalah sebuah kasus di mana musang mati dan dikubur bersama dengan pemiliknya," ujar Maher, yang menjadi pengarah dalam penggalian situs tersebut.

“Lalu, kuburan tersebut dibuka kembali dan jenazah manusia telah dipindahkan, bersama dengan jenazah musang tersebut,"

Studi telah menunjukkan bahwa musang bisa dikendalikan oleh manusia, tapi kebiasaan alamiah mereka yang membuat mereka tidak mudah untuk dijinakkan, berbeda dengan anjing yang notabene lebih mudah.

Penelitian sebelumnya menemukan kuburan yang berusia 15 ribu sampai 12 ribu tahun. Beberapa dari kuburan tersebut berisi manusia yang dikubur bersama dengan anjing.

Untuk beberapa kasus di kuburan tersebut, seorang wanita dikubur bersama dengan hewan peliharaannya. Lalu ada juga kuburan yang berisi tiga manusia, dua anjing dan beberapa kura-kura.

PEPAYA

Wikipedia.org
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda "gedang".

Kegunaan:

Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda dimasak sebagai sayuran (dioseng-oseng). Daging buah masak dimakan segar atau sebagai campuran koktail buah. Pepaya dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Daun pepaya muda dimakan sebagai lalap (setelah dilayukan dengan air panas) atau dijadikan pembungkus buntil. Oleh orang Manado, bunga pepaya yang diurap menjadi sayuran yang biasa dimakan. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat..
Pemerian:
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam.

Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.

Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah.

Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang 10% dari keseluruhan panjangnya tidak mengalami rekombinasi. Suatu penanda genetik RAPD juga telah ditemukan untuk membedakan pepaya berkelamin betina dari pepaya jantan atau banci.

Kultivar pepaya:
Kultivar pepaya bermacam-macam karena berbeda-beda pemanfaatan dan selera konsumen.

Pepaya bangkok
Pepaya bangkok diintroduksi dari Thailand. Permukaan buahnya tidak rata dan kulit luarnya relatif tipis, sehingga sulit dikupas. Kelebihannya, dagingnya manis dan berair. Buahnya berukuran besar.

Pepaya Solo F1
Ini adalah pepaya kultivar hibrida unggul dari Hawaii. Buahnya kecil-kecil dan disukai oleh konsumen barat.

Selain itu terdapat pula pepaya hias yang warna daun atau tangkai daunnya ungu. Pepaya ini ditanam lebih untuk penampilannya dalam memperindah taman. Di Dataran Tinggi Dieng dikenal produk mirip pepaya yang dikemas dan disebut "carica". Jenis ini menyukai daerah dingin untuk produksi buah secara optimal.

Burung Beo Ternyata Kidal

okezone.com
SYDNEY - Seperti halnya manusia, burung beo pun sering menggunakan salah satu sisi dari tubuhnya. Beo ternyata lebih suka menggunakan bagian tubuh sebelah kiri.

Peneliti asal Australia menemukan bahwa kebanyakan burung beo yang telah mereka teliti lebih suka menggunakan salah satu sisi bagian dari tubuhnya, baik mata kiri dan kaki kiri, atau mata kanan dan kaki kanan.

"Dasarnya, semua ini saling berhubungan satu sama lain. Jika mata kiri yang digunakan untuk melihat objek maka tangan kanan akan secara otomatis digukana untuk menjangkau objek tersebut. Ini merupakan hal yang sangat konsisten dilakukan oleh suatu spesies," ujar pengajar senior dari Macquarie University, Sydney, Calum Brown, seperti dikutip melalui Telegraph, Minggu (6/2/2011).

Studi yang dilakukan Brown ini telah dipublikasikan dalam Biological Letters. Studi ini melibatkan sekira 320 burung beo dari 16 spesies berbeda di Australia.

Dari sekian banyak burung beo yang diteliti, Brown menemukan jika 47 persen beo tergolong kidal, 33 persen lainnya tidak kidal, dan sisanya bisa menggunakan kedua tangannya.

Jumat, 03 Juni 2011

Fungsi sosial

Wikipedia.org
Banyak lahan hutan jati di Jawa, baik yang dikukuhkan sebagai hutan produksi maupun hutan non-produksi, memberikan layanan sebagai pusat penelitian dan pendidikan, pusat pemantauan alam, tempat berekreasi dan pariwisata, serta sumber pengembangan budaya.

Yang mungkin paling menarik untuk dikunjungi adalah Monumen Gubug Payung di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Tempat ini merupakan museum hidup dari pepohonan jati yang berusia lebih dari seabad, setinggi rata-rata di atas 39 meter dan berdiameter rata-rata 89 sentimeter.

Kita dapat menikmati pemandangan hutan dari ketinggian dengan menumpang loko “Bahagia”. Di sini, kita juga dapat meninjau Arboretum Jati; hutan buatan dengan koleksi 32 jenis pohon jati yang tumbuh di seluruh Indonesia. Ada juga Puslitbang Cepu yang mengembangkan bibit jati unggul yang dikenal sebagai JPP (Jati Plus Perhutani). Pengunjung boleh membeli sapihan jati dan menanamnya sendiri di sini. Pengelola kemudian akan merawat dan menamai pohon itu sesuai dengan nama pengunjung bersangkutan.

Fungsi biologis

Wikipedia.org
Jika hutan jati berbentuk hutan murni —sehingga lebih seperti ‘kebun’ jati— erosi tanah justru akan lebih besar terjadi. Tajuk jati rakus cahaya matahari sehingga cabang-cabangnya tidak semestinya bersentuhan. Perakaran jati juga tidak tahan bersaing dengan perakaran tanaman lain. Dengan demikian, serasah tanah cenderung tidak banyak. Tanpa banyak tutupan tumbuhan pada lantai hutan, lapisan tanah teratas lebih mudah terbawa oleh aliran air dan tiupan angin.

Untunglah, hutan jati berkembang dengan sejumlah tanaman yang lebih beragam. Di dalam hutan jati, kita dapat menemukan bungur (Lagerstroemia speciosa), dlingsem (Homalium tomentosum), dluwak (Grewia paniculata), katamaka (Kleinhovia hospita), kemloko (Phyllanthus emblica), Kepuh (Sterculia foetida), kesambi (Schleichera oleosa), laban (Vitex pubscens), ploso (Butea monosperma), serut (Streblus asper), trengguli (Cassia fistula), winong (Tetrameles nudflora), dan lain-lain. Lamtoro (Leucenia leucocephalla) dan akasia (Acacia villosa) pun ditanam sebagai tanaman sela untuk menahan erosi tanah dan menambah kesuburan tanah.

Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, yang gersang dan rusak parah sebelum 1978, ternyata berhasil diselamatkan dengan pola penanaman campuran jati dan jenis-jenis lain ini. Dalam selang waktu hampir 30 tahun, lebih dari 60% lahan rusak dapat diubah menjadi lahan yang menghasilkan. Penduduk setempat paling banyak memilih menanam jati di lahan mereka karena melihat nilai manfaatnya, cara tanamnya yang mudah, dan harga jual kayunya yang tinggi. Mereka mencampurkan penanaman jati di kebun dan pekarangan mereka dengan mahoni (Swietenia mahogany), akasia (Acacia villosa), dan sonokeling (Dalbergia latifolia).

Daerah Gunung Kidul kini berubah menjadi lahan hijau yang berhawa lebih sejuk dan memiliki keragaman hayati yang lebih tinggi. Perubahan lingkungan itu telah mengundang banyak satwa untuk singgah, terutama burung —satwa yang kerap dijadikan penanda kesehatan suatu lingkungan. Selain itu, kekayaan lahan ini sekaligus menjadi cadangan sumberdaya untuk masa depan.

Fungsi penyangga ekosistem

Wikipedia.org
Tajuk pepohonan dalam hutan jati akan menyerap dan menguraikan zat-zat pencemar (polutan) dan cahaya yang berlebihan. Tajuk hutan itu pun melakukan proses fotosintesis yang menyerap karbondioksida dari udara dan melepaskan kembali oksigen dan uap air ke udara. Semua ini membantu menjaga kestabilan iklim di dalam dan sekitar hutan. Hutan jati pun ikut mendukung kesuburan tanah. Ini karena akar pepohonan dalam hutan jati tumbuh melebar dan mendalam. Pertumbuhan akar ini akan membantu menggemburkan tanah, sehingga memudahkan air dan udara masuk ke dalamnya. Tajuk (mahkota hijau) pepohonan dan tumbuhan bawah dalam hutan jati akan menghasilkan serasah, yaitu jatuhan ranting, buah, dan bunga dari tumbuhan yang menutupi permukaan tanah hutan. Serasah menjadi bahan dasar untuk menghasilkan humus tanah. Berbagai mikroorganisme hidup berlindung dan berkembang dalam serasah ini. Uniknya, mikroorganisme itu juga yang akan memakan dan mengurai serasah menjadi humus tanah. Serasah pun membantu meredam entakan air hujan sehingga melindungi tanah dari erosi oleh air.

Fungsi ekonomis lain dari hutan jati jawa

Wikipedia.org
Jika berkunjung ke hutan-hutan jati di Jawa, kita akan melihat bahwa kawasan-kawasan itu memiliki fungsi ekonomis lain di samping menghasilkan kayu jati.

Banyak pesanggem (petani) yang hidup di desa hutan jati memanfaatkan kulit pohon jati sebagai bahan dinding rumah mereka. Daun jati, yang lebar berbulu dan gugur di musim kemarau itu, mereka pakai sebagai pembungkus makanan dan barang. Cabang dan ranting jati menjadi bahan bakar bagi banyak rumah tangga di desa hutan jati.

Hutan jati terutama menyediakan lahan garapan. Di sela-sela pepohonan jati, para petani menanam palawija berbanjar-banjar. Dari hutan jati sendiri, mereka dapat memperoleh penghasilan tambahan berupa madu, sejumlah sumber makanan berkarbohidrat, dan obat-obatan.

Makanan pengganti nasi yang tumbuh di hutan jati misalnya adalah gadung (Dioscorea hispida) dan uwi (Dioscorea alata). Bahkan, masyarakat desa hutan jati juga memanfaatkan iles-iles (Ammorphophallus) pada saat paceklik. Tumbuhan obat-obatan tradisional seperti kencur (Alpina longa), kunyit (Curcuma domestica), jahe (Zingiber officinale), dan temu lawak (Curcuma longa) tumbuh di kawasan hutan ini.

Pohon jati juga menghasilkan bergugus-gugus bunga keputihan yang merekah tak lama setelah fajar. Masa penyerbukan bunga jati yang terbaik terjadi di sekitar tengah hati —setiap bunga hidup hanya sepanjang satu hari. Penyerbukan bunga dilakukan oleh banyak serangga, tetapi terutama oleh jenis-jenis lebah. Oleh karena itu, penduduk juga sering dapat memanen madu lebah dari hutan-hutan jati.

Masyarakat desa hutan jati di Jawa juga biasa memelihara ternak seperti kerbau, sapi, dan kambing. Jenis ternak tersebut memerlukan rumput-rumputan sebagai pakan. Walaupun para petani kadang akan mudah mendapatkan rerumputan di sawah atau tegal, mereka lebih banyak memanfaatkan lahan hutan sebagai sumber penghasil makanan ternak. Dengan melepaskan begitu saja ternak ke dalam hutan, ternak akan mendapatkan beragam jenis pakan yang diperlukan. Waktu yang tidak dipergunakan oleh keluarga petani untuk mengumpulkan rerumputan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya.

Fungsi ekonomis hutan jati jawa: hasil hutan kayu

Wikipedia.org
Sebagai jenis hutan paling luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting.

Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian. Sampai dengan masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja.

Selain itu, jati digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Namun, galang kapal terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16.

VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, Kompeni Hindia Timur Belanda) bahkan sedemikian tertarik pada “emas hijau” ini hingga berkeras mendirikan loji pertama mereka di Pulau Jawa —tepatnya di Jepara— pada 1651. VOC juga memperjuangkan izin berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya. Ini karena mereka menganggap perdagangan jati akan jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia yang saat itu sedang mencapai puncak keemasannya.

Di pertengahan abad ke-18, VOC telah mampu menebang jati secara lebih modern. Dan, sebagai imbalan bantuan militer mereka kepada Kerajaan Mataram di awal abad ke-19, VOC juga diberikan izin untuk menebang lahan hutan jati yang luas.

VOC lantas mewajibkan para pemuka bumiputera untuk menyerahkan kayu jati kepada VOC dalam jumlah tertentu yang besar. Melalui sistem blandong, para pemuka bumiputera ini membebankan penebangan kepada rakyat di sekitar hutan. Sebagai imbalannya, rakyat dibebaskan dari kewajiban pajak lain. Jadi, sistem blandong tersebut merupakan sebentuk kerja paksa.

VOC kemudian memboyong pulang gelondongan jati jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia.

Di pantai utara Jawa sendiri, galangan-galangan kapal Jepara dan Rembang tetap sibuk hingga pertengahan abad ke-19. Mereka gulung tikar hanya setelah banyak pengusaha perkapalan keturunan Arab lebih memilih tinggal di Surabaya. Lagipula, saat itu kapal lebih banyak dibuat dari logam dan tidak banyak bergantung pada bahan kayu.

Namun, pascakemerdekaan negeri ini, jati jawa masih sangat menguntungkan. Produksi jati selama periode emas 1984-1988 mencapai 800.000 m3/tahun. Ekspor kayu gelondongan jati pada 1989 mencapai 46.000 m3, dengan harga jual dasar 640 USD/m3.

Pada 1990, ekspor gelondongan jati dilarang oleh pemerintah karena kebutuhan industri kehutanan di dalam negeri yang melonjak. Sekalipun demikian, Perhutani mencatat bahwa sekitar 80% pendapatan mereka dari penjualan semua jenis kayu pada 1999 berasal dari penjualan gelondongan jati di dalam negeri. Pada masa yang sama, sekitar 89% pendapatan Perhutani dari ekspor produk kayu berasal dari produk-produk jati, terutama yang berbentuk garden furniture (mebel taman).

Fungsi dan Kegunaan Kayu Jati

Wikipedia.org
Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap.

Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel.

Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir.

Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah.

Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap.

Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.
  






Sifat-sifat kayu dan pengerjaan

Wikipedia.org
Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan I dan kelas keawetan I. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap.
Kayu teras jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal, di bagian luar, berwarna putih dan kelabu kekuningan.
Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture/mebel dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas.
Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang. Tukang kayu di Eropa pada abad ke-19 konon meminta upah tambahan jika harus mengolah jati. Ini karena kayu jati sedemikian keras hingga mampu menumpulkan perkakas dan menyita tenaga mereka. Manual kelautan Inggris bahkan menyarankan untuk menghindari kapal jung Tiongkok yang terbuat dari jati karena dapat merusak baja kapal marinir Inggris jika berbenturan.
Pada abad ke-17, tercatat jika masyarakat Sulawesi Selatan menggunakan akar jati sebagai penghasil pewarna kuning dan kuning coklat alami untuk barang anyaman mereka. Di Jawa Timur, masyarakat Pulau Bawean menyeduh daun jati untuk menghasilkan bahan pewarna coklat merah alami. Orang Lamongan memilih menyeduh tumbukan daun mudanya. Sementara itu, orang Pulau Madura mencampurkan tumbukan daun jati dengan asam jawa. Pada masa itu, pengidap penyakit kolera pun dianjurkan untuk meminum seduhan kayu dan daun jati yang pahit sebagai penawar sakit.
Jati burma sedikit lebih kuat dibandingkan jati jawa. Namun, di Indonesia sendiri, jati jawa menjadi primadona. Tekstur jati jawa lebih halus dan kayunya lebih kuat dibandingkan jati dari daerah lain di negeri ini. Produk-produk ekspor yang disebut berbahan java teak (jati jawa, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur) sangat terkenal dan diburu oleh para kolektor di luar negeri.
Menurut sifat-sifat kayunya, di Jawa orang mengenal beberapa jenis jati (Mahfudz dkk., t.t.):
  1. Jati lengo atau jati malam, memiliki kayu yang keras, berat, terasa halus bila diraba dan seperti mengandung minyak (Jw.: lengo, minyak; malam, lilin). Berwarna gelap, banyak berbercak dan bergaris.
  2. Jati sungu. Hitam, padat dan berat (Jw.: sungu, tanduk).
  3. Jati werut, dengan kayu yang keras dan serat berombak.
  4. Jati doreng, berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam menyala, sangat indah.
  5. Jati kembang.
  6. Jati kapur, kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak kapur. Kurang kuat dan kurang awet.

Daerah sebaran hutan jati di Jawa

Wikipedia.org
Sedini 1927, hutan jati tercatat menyebar di pantai utara Jawa, mulai dari Kerawang hingga ke ujung timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih daripada 200 meter di atas permukaan laut.

Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Groboragan, dan Pati. Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik negara di bidang kehutanan. Pada 2003, luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektar. Ini nyaris setara dengan setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar 11% luas Pulau Jawa.

Penyebaran jati ke Jawa

Wikipedia.org
Walaupun menyebar luas di Pulau Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil, mayoritas ahli sepakat bahwa jati bukan tumbuhan asli di Indonesia. Ada beberapa dugaan tentang asal mula budidaya jati di Indonesia. Raffles menunjukkan bahwa, pada abad ke-15 dan ke-16, hutan jati yang terdekat dengan Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil berada di Siam dan Pegu. Kedua negeri itu tercatat pernah mengekspor barang ke Jawa melalui kapal-kapal besar. Ia lantas menduga bahwa orang laut dulu mengimpor jati, entah dari Pegu, entah dari Malabar.

Oleh karena jarak antarpohon cenderung beraturan, Altma (1922) memperkirakan bahwa hutan jati di Jawa mungkin merupakan hasil penanaman di akhir era Hindu (abad ke-14 hingga ke-16). Ia menduga jika penguasa Jawa masa itu telah menganggap jati sebagai suatu pohon suci. Mereka lantas mengimpor jenis pohon itu dari Kelinga di pantai timur India Selatan sejak abad kedua. Jati memang banyak ditemukan di sekitar candi-candi untuk menghormati Dewa Syiwa. Namun, Simatupang (2000) melihat jika jati telah menyebar jauh lebih luas. Ia menduga penyebaran yang lebih luas ini berkat keterlibatan para petani sekitar candi. Para petani itu sudah melihat kegunaan jati dan budidayanya yang mudah.

Simatupang menduga bahwa, di tempat-tempat tertentu di Jawa yang tidak cocok untuk persawahan, perladangan berpindah dipraktikkan. Perladangan berpindah adalah cara bertani yang biasa dilakukan semasa itu di banyak daerah lain di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Sebelum berpindah ladang, petani-petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur mungkin telah menanam pohon jati. Oleh karena sesuai dengan iklim kering setempat yang kerap menimbulkan kebakaran, jati kemudian menjadi spesies dominan.

Sebaran hutan jati di Indonesia

Wikipedia.org
Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, jati juga dikembangkan di Bali dan Nusa Tenggara.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Masalahnya, tanah di kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah jenis yang membutuhkan zat kalsium dalam jumlah besar, juga zat fosfor. Selain itu, jati membutuhkan cahaya matahari yang berlimpah.

Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera.

Pada 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung Malaya atau Sumatera atau pulau-pulau berdekatan. Jati hanya tumbuh subur di Jawa dan sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Perbukitan di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup oleh jati pada saat itu.

Heyne, pada 1671, mencatat keberadaan jati di Sulawesi, walau hanya di beberapa titik di bagian timur. Ada sekitar 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman Pulau Butung di Teluk Sampolawa. Heyne menduga jati sesungguhnya terdapat pula di Pulau Kabaena, serta di Rumbia dan Poleang, di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang perkembangan jati jawa.

Jati yang tumbuh di Sulawesi Selatan baru ditanam pada masa 1960an dan 1970an. Ketika itu, banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap, dan Enrekang sedang dihutankan kembali. Di Billa, pertumbuhan pohon jatinya saat ini tidak kalah dengan yang ada di Pulau Jawa. Garis tengah batangnya dapat melebihi 30 cm.

Sifat Ekologis dan Penyebaran Pohon Jati

Wikipedia.org
Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, Indochina, sampai ke Jawa. Jati tumbuh di hutan-hutan gugur, yang menggugurkan daun di musim kemarau.

Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Burma, yang kemudian menyebar ke Semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Burma, India, Muangthai, dan Laos.

Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Burma. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Jawa, Srilangka, dan Vietnam. Namun, pasokan dunia dari hutan jati alami satu-satunya berasal dari Burma. Lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati.

Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 1680), Tiongkok (awal abad ke-19), Bangladesh (1871), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (1909).

Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl.

Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon.

Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Lagipula, buah jati mempunyai kulit tebal dan tempurung yang keras. Sampai batas-batas tertentu, jika terbakar, lembaga biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati untuk keluar pada saat musim hujan tiba.

Guguran daun lebar dan rerantingan jati yang menutupi tanah melapuk secara lambat, sehingga menyulitkan tumbuhan lain berkembang. Guguran itu juga mendapat bahan bakar yang dapat memicu kebakaran —yang dapat dilalui oleh jati tetapi tidak oleh banyak jenis pohon lain. Demikianlah, kebakaran hutan yang tidak terlalu besar justru mengakibatkan proses pemurnian tegakan jati: biji jati terdorong untuk berkecambah, pada saat jenis-jenis pohon lain mati.

Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air.

Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Namun pengujian variasi isozyme yang dilakukan oleh Kertadikara (1994) menunjukkan bahwa jati di Jawa telah berevolusi sejak puluhan hingga ratusan ribu tahun yang silam (Mahfudz dkk., t.t. ).

Karena nilai kayunya, jati kini juga dikembangkan di luar daerah penyebaran alaminya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, New Zealand, Pasifik dan Taiwan.




Habitat Pohon Jati

Wikipedia.org
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang.dan seringkali masyarakat indonesia salah mengartikan jati dengan tanaman jabon( antocephalus cadamba ) padahal mereka dari jenis yang berbeda.

Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter.
Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun.

Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu.

Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil.

Pohon Jati

Wikipedia.org
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau.

Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.

Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri.Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.
Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae.

Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan. Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan.

Habitat Pohon Jati 
Sifat Ekologis dan Penyebaran Pohon Jati
Sifat-sifat kayu dan pengerjaan
Fungsi dan Kegunaan Kayu Jati

Satu Abad Lagi Permukaan Air Laut Naik 1 Meter

okezone.com

SYDNEY - Laporan terbaru dari Australia menyebutkan bahwa permukaan air laut akan mengalami kenaikkan hingga satu meter selama satu abad ke depan akibat pemanasan global.

Kenaikan air laut ini dikhawatirkan mendorong bencana banjir besar menjadi lebih sering. Demikian pernyataan Komisi Iklim pertama dari pemerintahan Australia sebagaimana dikutip Straits Times, Senin (23/5/2011).

Laporan ini menjadi bukti bahwa suhu permukaan bumi meningkat tajam, di mana 10 tahun terakhir mencatat rekor suhu terpanas dalam sejarah. Seperti diduga, efek gas rumah kaca dari berbagai industri menjadi penyebab utama kenaikan temperatur bumi, suhu laut serta permukaan air laut yang meningkat.

Professor Will Steffen dari Komisi Iklim Australia memberikan laporan ini kepada sejumlah ilmuwan di bidang iklim serta Badan Metereologi dan akademisi Negeri Kanguru. Namun beberapa penilaian dalam laporan itu, termasuk kenaikan permukaan air laut, merupakan analisanya sendiri.

"Saya memperkirakan rata-rata peningkatan permukaan air laut global di tahun 2100 akan naik ke level 0,5 hingga 1 meter jika dibandingkan pada 1990 lalu," ujar Steffen.

Meski angka ini lebih tinggi dari Intergovernmental Panel for Climate Change pada 2007 lalu, yang masih di bawah 0,8 meter, prediksi ini serupa dengan analisa PBB yang bahkan mengklaim jika peningkatan ini masih bisa lebih tinggi.

Ilmuwan Temukan Spesies 'Kecoa Pelompat'

okezone.com
PERTH - Ilmuwan Mike Picker menemukan seekor spesies baru kecoa, 'Kecoa Pelompat' di tengah-tengah tempat tujuan wisata favorit di Afrika Selatan.
Table Mountain National Park di Cape Town, Afrika Selatan, adalah tempat tinggal dari satu-satunya jenis kecoa pelompat di dunia, yang masuk ke dalam daftar 10 penemuan sains teratas tahun 2011 dari para ahli. Demikian seperti yang dikutip dari The West, Jumat (3/6/2011).

Picker, seorang profesor zoologist dari University of Cape Twon tersebut, mengatakan bahwa penemuannya menunjukkan bahwa masih sedikitnya pengetahuan manusia akan dunia serangga.
'Kecoa Pelompat' tersebut masuk ke dalam daftar penemuan sains teratas 2011 bersama dengan jamur yang bisa bersinar dalam kegelapan, kadal pemakan tumbuhan, bakteri yang ditemukan di reruntuhan Titanic, dan lain-lain.
Kecoa jenis baru tersebut diberi nama Saltoblatella Montistabularis. Kata Saltoblattella sendiri merupakan diambil dari bahasa Latin yang berarti 'kecoa yang melompat'."Bentuk kecoa tersebut cukup unik dan atletis," ujar Picker.

Picker bersama para mahasiswanya menggunakan jaring untuk mencari lalat untuk penelitian mereka, sebelum akhirnya menemukan kecoa tersebut. Mereka bekerjasama dengan ilmuwan lainnya untuk menegaskan bahwa kecoa temuan mereka ini baru dan cukup berbeda.

Para ilmuwan mengatakan bahwa dari sekira 5 ribu spesies kecoa, hanya Saltoblattella Montistabularis satu-satunya jenis yang melompat.Taman nasional Table Mountain dikunjungi oleh empat juta pengunjung tiap tahunnya, dan tempat ditemukannya kecoa tersebut hanya 10 menit berkendara dari pusat Cape Town.

"Nampaknya ada banyak jenis serangga yang belum ditemukan di sini," kata Picker.

Sementara itu, Quentin Wheeler dari International Institute for Species Exploration di Arizona State University mengatakan bahwa ada sekira 10 juta lagi spesies yang menunggu untuk ditemukan dan diklasifikasi.

"Kebanyakan orang tidak sadar bahwa betapa minimnya pengetahuan kita akan mahkluk hidup di Bumi," ujar Wheeler.

"Kita dikelilingi oleh suburnya keanekaragaman hewani yang terlalu banyak untuk dikenali," tambahnya.

Laut Menghangat, Populasi Ikan Terancam Turun


VIVAnews - Ilmuwan Australia mengungkapkan bahwa peningkatan suhu air laut di belahan bumi bagian Selatan telah berdampak buruk bagi kehidupan ikan yang ada di sana.

Laporan yang diterbitkan pada jurnal Natural Climate Change 2011 menyebutkan, kondisi ini bahkan telah mengancam kelangsungan hidup ikan banded morwong di tenggara pesisir Australia dan Selandia Baru.

Sejak 1944 lalu, para Ilmuwan dari lembaga Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) telah memonitor peningkatan suhu air laut di kepulauan Maria, sebelah Timur Tasmania.

Hasilnya, selama 60 tahun terjadi peningkatan suhu permukaan laut sebesar 2 derajat Celscius. Peningkatan ini merupakan yang tercepat di laut bagian Selatan yang disebabkan oleh peningkatan suhu laut secara global dan efek dari kehadiran arus laut dari pantai timur Australia.

"Umumnya hewan-hewan berdarah dingin merespons kehangatan dengan meningkatkan pertumbuhan sesuai dengan kenaikan suhu," ujar Ron Thresher, peneliti lingkungan laut CSIRO, seperti dikutip dari laman media Eurekalert, 18 Mei 2011. “Namun, teori dan penelitian laboratorium menunjukkan bahwa hal ini memiliki batas,” lanjut Thresher.

Saat temperatur terlalu tinggi, Thresher menyebutkan, peneliti mulai melihat tanda-tanda stress, yang memungkinkan berujung pada kematian. “Kami menduga bahwa perubahan iklim merupakan penyebab yang mendorong ikan mencapai batas akhir ketahan fisiknya," lanjut Thresher.

Thresher menambahkan, pihaknya telah mempelajari beberapa daerah yang selama ini menjadi tempat tinggal beberapa spesies. Hasilnya, mereka menemukan bukti bahwa baik pelambatan maupun peningkatan tingkat stress akibat peningkatan temperatur telah mengorbankan metabolisme ikan saat kondisi suhu semakin hangat.

"Dalam kasus ini, dari Selandia Baru bagian utara, pemanasan air laut telah mendorong Banded Morwong (Cheilodactylus spectabilis) – yang tinggal di kedalaman 10-50 meter – melewati batas di mana peningkatan suhu menguntungkan bagi pertumbuhannya," beber Tresher.

Tresher menjelaskan bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi spesies secara langsung. Mulai dari fungsi tubuh, pertumbuhan, perilaku, dan secara tidak langsung akan berpengaruh kepada kelangsungan ekosistem.

Untuk mengetahui dampak peningkatan suhu pada spesies, para peneliti telah menganalisa perubahan jangka panjang tingkat pertumbuhan Banded Morwong tersebut.

Struktur tulang ikan ini memiliki cincin pertumbuhan tahunan yang merupakan ukuran bagi sebuah perubahan. Mirip dengan cincin pertumbuhan pohon, ilmuwan bisa menghitung umur dan tingkat pertumbuhan tahunan ikan dengan mengukur jarak antar satu cincin dengan cincin lainnya.

Menurut peneliti Jeremy Lyle, Banded Morwong digunakan dalam penelitian karena mereka bisa hidup hingga 100 tahun dan, saat dewasa, mereka bisa tetap bertahan di salah satu area meski suhu berubah.

"Tingkat pertumbuhan banded morwong di tenggara Australia telah meningkat drastis pada 1910," kata Lyle. "Tim dari CSIRO dan Institut Kelautan dan Antarctic Study (UTAS) juga telah membandingan perubahan temperatur dengan arah penyebaran spesies tersebut," papa Lyle. 

"Mereka mengobservasi peningkatan pertumbuhan populasi spesies pada perairan Australia di mana suhu telah meningkat namun masih relatif dingin. Namun pertumbuhan mulai melambat saat suhu meningkat pada bagian utara yang lebih hangat di perairan Selandia Baru," lanjutnya.

Lyle mengatakan bahwa pertumbuhan banded morwong mulai terganggu saat suhu tahunan air mencapai 17 derajat Celcius.
Sumber: http://teknologi.vivanews.com/